Skip to main content

Melacak Sanad Keilmuan KH. Chariri Shofa Banyumas


Sanad, atau mata rantai keilmuan, menjadi sesuatu yang paling dipelihara dalam tradisi keilmuan pesantren. Dalam kata lain, berguru kepada manusia
'alim menjadi jaminan akan kesahihan keilmuan itu sendiri. Keilmuan yang bersumber dari pemahaman otodidak belaka, atau diperoleh secara ruhaniah tanpa bimbingan seorang guru akan dipandang sebagai pengetahuan yang bermasalah. 

Itulah mengapa, jargon 'Kembali Kepada Al-Qur'an dan Hadits' dipandang memiliki masalah tersendiri di dalam khazanah keilmuan Islam. Hal ini mengingat bahwa Al-Qur'an dan Hadits tidaklah sampai kepada para Ulama hari ini bukan serta merta dari langit. Namun disampaikan secara muttasil dari generasi ke genarasi setelah melalui banyak peristiwa pada setiap zamannya. Tegasnya, aspek keulamaan itu dari salasilah keilmuan, yaitu sanad yang mengandung ajaran, ideologi dan ruh keilmuan, bukan nasab.

Al-Imam An-Nawawi dalam Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim (Muqaddimah Al-Majmu’) memberikan arahan tentang bagaimana pentingnya kedudukan seorang guru di dalam suatu proses pembelajaran:
وَلَا تَأْخُذْ الْعِلْمَ مِمَّنْ كَانَ أَخْذُهْ لَهُ مِنْ بُطُوْنِ الْكُتُبِ مِنْ غَيْرِ قِرَاءَةٍ عَلَى شُيُوْخٍ أَوْ شَيْخٍ حَاذِقٍ فَمَنْ لَمْ يَأْخُذُهُ إِلَّا مِنْ اَلْكُتُبِ يَقَعُ فِى التَّصْحِيْفِ وَيَكْثُرُ مِنْهُ اَلْغَلَطُ وَالتَّحْرِيْفُ
Janganlah kalian belajar kepada seseorang yang hanya banyak membaca buku, namun tidak memiliki guru. Barangsiapa hanya belajar dari tumpukan buku-buku, ia akan jatuh pada jurang kesalahpahaman. Darinya akan lahir banyak kekeliruan dan penyelewengan pengetahuan” 

حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ وَهِشَامٍ عَنْ مُحَمَّدٍ وَحَدَّثَنَا فُضَيْلٌ عَنْ هِشَامٍ قَالَ وَحَدَّثَنَا مَخْلَدُ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ قَالَ إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ.
Hadits riwayat dari Ibn Sirin, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya agama ini adalah suatu pengetahuan (yang subyektif), maka perhatikan benar dari siapa kalian semua memperoleh ilmu agama tersebut".

Dari berbagai qoul kalam akabirul Ulama' di atas, maka selayaknya seorang murid atau santri senantiasa melakukan pendalaman dan pelacakan atas keilmuan yang telah dipelajarinya. Hal ini tentu tidak dapat dilepaskan dari menelusuri mata rantai para guru dimana tempat ia belajar. 

Kembali kepada konteks pembahasan judul. 






Comments

Popular posts from this blog