Skip to main content

Adipati Mersi: Aspek Historis Desa Mersi Purwokerto


     
Pada periode Hindu Buddha di Nusa Jawa, disebutkan hegemoni Pasir Luhur atas wilayah yang jelas, yaitu sebelah utara sungai Serayu. Pada masa Adipati Kandha Daha Pasirluhur bersekutu dengan 25 kadipaten kecil di sekitar daerah aliran sungai Serayu. Salah satunya yaitu Kadipaten Mersi yang dipimpin oleh Adipati Mersi. Adipati Mersi mempunyai rivalis dengan Adipati Kabakan yang dilestarikan oleh cerita masyarakat Arcawinangun. Kabakan menunjukan wilayah yang dikuasai oleh Sang Baka. Pada masa perkelahian, Adipati Mersi dibunuh dan dibuang di aliran sungai yang berada di bawah tanah yang kemudian ditandai dengan situs terbuat dari batu. 
     Masyarakat Arcawinangun yang sudah melihat saluran tersebut memberikan kesaksian yang bermacam-macam. Terdapat berbagai cerita seperti, dikisahkan bahwa di atas saluran tersebut dipahat huruf jawa kuno, ada lagi yang bercerita bahwa bukan huruf jawa tetapi huruf arab yang ditulis. Jasad Adipati Mersi muncul mengambang di Bale Kambang (sekarang lapangan Mersi). Memang saluran tersebut muncul di Mersi setelah berkelak kelok dari Arcawinangun. Ternyata, Sang Baka juga membuat sungai yang mengarah ke arah barat yang nantinya disebut dengan Sungai Pelus, tetapi sungai tersebut nantinya direalisasikan dan masyarkat sekitar menyebutnya dengan Sungai Bakal (Calon Kali). 
     Petilasan Adipati Mersi Purwokerto berada di area Balekambang Desa Mersi, Purwokerto Wetan, Kabupaten Banyumas. Meskipun sejak saya Sekolah Dasar hingga tamat SMA saya tinggal di Mersi Lor, dan juga numpang lahir di sana, namun baru beberapa waktu lalu saya mengetahui keberadaan situs, dan akhirnya menyempatkan berkunjung. Jarak dari Mersi Lor ke situs Petilasan Adipati Mersi sekitar 600 m, melewati Lapangan Mersi mengarah ke jembatan lama di perempatan pasar, dan melewati SD tempat saya dulu ekolah. Situs ada di kanan pengkolan jalan setelah SD, 100 m sebelum jembatan lama Kali Pelus.  
     Desa Mersi sudah cukup berubah, terutama dipicu dengan menjamurnya perumahan karena akses jalan aspal yang lebar dan mulus. Area Pule di pinggir Lapangan Mersi yang konon bersejarah, dan dulu selalu ramai dengan suara bangkong setiap hujan turun, serta termasuk wingit, kini telah menjadi perumahan. Demikian pula sejumlah kebun salak.
Petilasan Adipati Mersi
Cungkup bangunan yang terlihat baru dimana Petilasan Adipati Mersi berada. Cungkup ini letaknya lebih rendah dari jalan di depannya, dan memang kompleks ini berbentuk seperti cekungan, karena tanah di luar area petilasan di ujungnya juga lebih tinggi. Patung kuda tampak menghiasi taman kecil di depan tembok petilasan.
     Tak adanya papan tengara di depan situs Petilasan Adipati Mersi ini membuat saya perlu bertanya beberapa kali sebelum akhirnya sampai ke sana. Akses masuknya dari sebelah kanan situs, berupa gang yang lumayan lebar di bagian awalnya. Situs petilasan ditembok keliling, dengan dua pintu berpagar yang tidak digembok.
     Pemandangan pada sisi samping cungkup petilasan yang ditembok setinggi satu meter, serta berpagar lagi di luarnya. Karena tembok cungkup yang rendah, orang bisa melihat isi cungkup tanpa perlu masuk ke dalamnya. Pintu masuk ke dalam cungkup terlihat di tengah tembok di ujung kanan cungkup. Area petilasan terlihat cukup bersih dan terawat.
     Tidak terlihat ada pohon tua di dalam area petilasan. Pohon beringin di kompleks ini yang umurnya diperkirakan lebih dari 300 tahun telah tumbang pada September 2010. Pohon itu tingginya mencapai 25 meter dengan diameter batang pohon sekitar 2 meter. Hanya ada sebuah sumur tua yang tak begitu dalam di depan cungkup.
     Ada sepasang nisan kubur di dalam cungkup petilasan, dengan ruang di sebelah kirinya yang dibiarkan kosong. Nisan itu mungkin hanya sebagai tengara suami isteri Adipati Mersi, karena makam yang sesungguhnya tak jelas benar ada dimana. Di dekat isan sebelah sana terdapt sebuah batu bulat dengan bekas bakaran dupa yang menggunung. Di dekatnya ada kuali kecil untuk menancapkan hio setelah dibakar. Tak ada penjelasan atau tengara apa pun yang dibuat di tempat ini. Berdasar informasi seorang penduduk, saya akhirnya menyambangi Sapin, guru SD yang dianggap mengetahui tentang Petilasan Adipati Mersi ini. Rumahnya ternyata di dekat rumah saudara saya di Jl Menur, Mersi.
     Sumur tua di dalam kompleks Petilasan Adipati Mersi Purwokerto. Menurut Sapin (67 tahun), Adipati Mersi yang saya kunjungi itu berbeda dengan Adipati Mersi yang tewas oleh Adipati Kabakan Arcawinangun, atau Adipati Mersi dalam kisah Kamandaka. Sapin menyebut nama Mbah Indrayana sebagai Adipati Mersi, yang diasuh oleh Ki Meleng. Mungkin karena itu di sebelah utara Desa Mersi ada Jalan Nyi Meleng.
     Sapin menyebut Adipati Mersi sebagai putera Syekh Makdum Wali, utusan Demak yang mengIslamkan Pasirluhur. Adipati Mersi memiliki putera Mbah Sapanyana, dan Mbah Sapanyana memiliki cucu Mbah Bodo. Ada makam tua di timur Lapangan Mersi yang terkait kisah ini. Cerita Adipati Mersi ini terasa masih menyimpan misteri dan perlu ditelisik lagi.

Kontributor: Zahrotus Syifa

Comments

Popular posts from this blog