Skip to main content

Posts

MEKANISME PASAR KARET RAKYAT JAMBI PENUH RIBA, BAGAIMANA BISA? ?

Islam adalah agama yang dianut mayoritas penduduk di Provinsi Jambi. Jika merujuk data statistik BPS, berkisar angka 38.000.000 jiwa penduduk Jambi adalah Muslim. Dan dari angka tersebut sebagian besar bekerja di sektor perkebunan alias petani. Namun demikian, indikator mikro di daerah yang dinominasi kaum muslimin ini terbilang masih rendah. 

KRITIK KEPADA KITA

Berapa banyak yang membesar di kampus, tapi mengecil di masyarakat. Menjadi jagoan di kampus,  menjadi sandera di masyarakat. Kampus itu tempat berlatih, masyarakat medan tempurnya. Jangan terbalik. Anda aktivis BEM? BPM? UKM? Pecinta Alam? Tanyakan pada dirimu: Jadi apa di masyarakat? 

VIRAL #JihadTolakFDS

#JihadTolakFDS Gelagat Muhadjir Effendi tetap bersikeras memberlakukan Full Day School kelihatannya terbukti. Meskipun masyarakat luas menolak, baik di daerah-daerah m aupun di media sosial namun hal ini ditanggapi dingin. Bahkan  Meski Presiden Jokowi sudah menyatakan bahwa pelaksanaan Full Day School  ( FDS ) harus ditunda, menunggu Perpres yang sedang disusun, tapi informasi di lapangan, kebijakan itu tetap berlangsung. Bahkan, Dinas Pendidikan di beberapa daerah terlihat mulai memaksakan pelaksanaan kebijakan kontroversial ini. Argumentasi mereka, karena Permendikbud no. 23 Tahun 2017 sebagai dasar hukum   FDS   belum dicabut, sehigga tetap harus diterapkan. Lihat Berita: Jokowi dan Muhadjir Akan Dicatat Sejarah sebagai Pembunuh Madrasah Diniyah

Tragedi Zoya: Buah Dakwah Kekerasan dan Frustasi Sosial

Muhammad Al Zahra alias  Zoya nama lelaki itu. Lelaki yang dalam pemenuhan nafkah keluarganya sehari-hari dengan menyediakan jasa perbaikan elektronik. Di hari nahas itu, ia mampir ke musholla untuk bersembahyang Ashar. Warga Bekasi ini sama sekali tidak menyangka bahwa teriakan salah satu penduduk Desa Hurip Jaya Kecamatan Babelan Bekasi itu untuk dirinya. Teriakan ' maling '!. Ya, maling.. Demi melihat motor Zoya memuat amplifer dan peralatan elektronik lantas semudah itu masyarakat menuduh, menghakimi bahkan mengeksekusi lelaki yang istrinya sedang mengandung itu. Tanpa ditanya, tanpa ditabayyuni. Beberapa berita yang beredar, bahkan hingga ratusan warga Hurip Jaya yang gelap mata dan ambil bagian dalam eksekusi mati itu. Tak cukup mati, namun juga dengan cara kematian dibakar hidup-hidup. Naudzubillah . Kejadian bar-barian ini setidaknya menunjukkan dua kebobrokan yang bukan saja memperihatinkan. Namun juga menunjukan dua gejala penyimpangan sosial. Pertama

Madzhab dalam Ekonomi Islam

Dewasa ini pengembangan kurikulum studi ekonomi Islam setidaknya masih mengacu kepada pemikiran tiga madzhab besar, yaitu: madzhab Baqir as-Sadr, madzhab mainstream dan madzhab Alternatif Kritis [1] . Penganut madzhab Baqir as-Sadr menyakini bahwa ilmu ekonomi dan Islam tidak akan pernah bisa sejalan. Terdapat dikotomis dan garis tegas diametral antara keduanya. Dalam hal ini disebutkan bahwa ilmu ekonomi itu muncul dilatarbelakangi keinginan manusia yang tidak terbatas, sementara sumber daya yang tersedia untuk memuaskan keinginan manusia terbatas. Sementara Madzhab as-Sadr, al-Qur’an menolak aksioma tersebut. Dimana Islam tidak mengenal sumber daya sebagaimana pernyataan al-Qur’an, dan problem ekonomi itu sendiri muncul semata-mata karena faktor keserakahan manusia. Lebih ekstrim lagi, Madzhab as-Sadr juga menolak pengistilahan ekonomi Islam dan lebih memilih istilah al-Iqtishaad guna mengembalikan makna dasarnya, yaitu keseimbangan ( equilibrium ).

WAHABI BAGI PEMULA

Kata kunci dan tema sentral dari fatwa para ulama Wahabi Salafi berkisar pada (a) bid'ah; (b) syirik; (c) kufur; (d) syiah rafidlah kepada kelompok Islam atau muslim lain yang tidak searah dengan mereka. Kita akan sering menemukan salah satu dari 4 kata itu dalam setiap fatwa mereka.  Dalam memberi fatwa, tokoh utama ulama Wahabi Salafi akan mengutip ayat dan hadits yang mendukung. Atau, kalau mengutip fatwa ulama, mereka akan cenderung mengutip fatwa dari Ibnu Taimiyah atau Ibnul Qayyim. Selanjutnya, mereka akan membuat fatwa sendiri yang kemudian akan menjadi dalil para pengikut Wahabi. Dengan kata lain, pengikut Wahabi hanya mau bertaklid buta pada ulama Wahabi.   

Dr. Ruchman Basori: Swadaya Nasionalisme dan Perlawanan

Ruh perjuangan selalu mengalami pasang surut. Dan guna me- recharge , maka bermajelis dengan kaum alim adalah salah satunya jalan. Tanpa itu, jiwa seseorang akan diliputi kecongkakan, takabur dan sifat jumawa. Kalian masih ingat hikayat kecerobohan yang membingungkan masyarakat oleh Sugi, Somad dan Cak Nun, bukan? Maka mengajilah yang jelas-jelas saja sumber keilmuannya. Ada quote menarik pada kajian senja tadi. Redaksi sanadnya muttasil dari Gus Dr. Ruchman Basori sendiri. Kejadiannya saat beliau sedang sowan Ndara Habib Luthfi bin Yahya. Saat itu beliau, Gus Ruchman bertanya kepada Ndara Habib tentang cara mensikapi para tokoh NU kultural ataupun struktural baik mereka itu bergelar Kiai, Ustadz, Gus, Lora, Ajengan, Doktor ataupun Professor sekalipun yang dalam perilaku baik verbal maupun non verbal. Baik melalui rekaman lisan ataupun tulisan media sosial yang gemar menghujat dan atau mecaci maki PBNU dan banom-banomnya baik secara kelembagaan ataupun individunya tanpa up