Skip to main content

Tragedi Zoya: Buah Dakwah Kekerasan dan Frustasi Sosial

Muhammad Al Zahra alias Zoya nama lelaki itu. Lelaki yang dalam pemenuhan nafkah keluarganya sehari-hari dengan menyediakan jasa perbaikan elektronik. Di hari nahas itu, ia mampir ke musholla untuk bersembahyang Ashar. Warga Bekasi ini sama sekali tidak menyangka bahwa teriakan salah satu penduduk Desa Hurip Jaya Kecamatan Babelan Bekasi itu untuk dirinya. Teriakan 'maling'!.

Ya, maling..

Demi melihat motor Zoya memuat amplifer dan peralatan elektronik lantas semudah itu masyarakat menuduh, menghakimi bahkan mengeksekusi lelaki yang istrinya sedang mengandung itu. Tanpa ditanya, tanpa ditabayyuni. Beberapa berita yang beredar, bahkan hingga ratusan warga Hurip Jaya yang gelap mata dan ambil bagian dalam eksekusi mati itu. Tak cukup mati, namun juga dengan cara kematian dibakar hidup-hidup. Naudzubillah.

Kejadian bar-barian ini setidaknya menunjukkan dua kebobrokan yang bukan saja memperihatinkan. Namun juga menunjukan dua gejala penyimpangan sosial. Pertama, massa dan tertuduh merupakan bagian ummat Islam. Kedua, massa dan tertuduh adalah manusia. Massa yang beringas, liar dan membabi buta seolah tidak menerima kebenaran dan pembelaan yang telah terucap dari lisan Zoya, bahwa dia bukanlah pencuri. Pun, anjuran beberapa tokoh yang hadir untuk menyelesaikan tuduhan itu secara formal di balai desa. Namun, iblis hari itu berkuasa di segenap benak massa hingga api membakar tubuh lelaki malang itu hidup-hidup.


Mengapa ini terjadi? Tentu ini pertanyaan yang sebenarnya umum ditujukan kepada masyarakat urban di kota manapun. Lingkungan dimana kriminalitas yang diserahkan sepenuhnya kepada aparat dan masyarakat yang lebih percaya kepada ajakan ustadz-ustadz siluman di media maya. 

Semua tahu, semenjak reformasi dan kran kebebasan berpendapat di buka lebar-lebar. Hal ini membuat beberapa penggiat dakwah yang kesetanan. Demokrasi lantas disalahgunakan oleh pihak-pihak yang selama orde baru memendam kesumat ideologi dan gerakan. Pemaksaan kehendak atas penegakan hukum yang disesuaikan dengan selera agama. Sementara di sisi lain, aparatur hukum banyak yang terlibat skandal kriminalitas, integritas yang kendor dan juga minim fasilitas. Dua hal inilah yang disinyalir menyebabkan psikologis masyarakat umum goncang.


Bakar ! Ini merupakan trend baru dalam dakwah Islam di Indonesia selain aksi demonstrasi yang berjilid-jilid. Pekik bunuh, bakar bercampur baur dengan takbir menjadi pemandangan lumrah di podium-podium yang dinaiki para penceramah radikalis. Ironisnya, aparat cenderung terkesan diam dan lambat merespon.




Kejadian ini mendapatkan tanggapan yang meluas dari masyarakat media sosial (nitizen). Salah satu status yang mengungkapkan kutukan terhadap insiden tersebut adalah teman saya Lulus Suprapto. Dia menulis dengan nada prihatin yang mendalam sebagai berikut:
KETIKA ZOYA DIPANGGANG SAMPAI MATINama saya Muhamad Aljahra. Orang memanggil saya Zoya. Saya cuma orang biasa. Sehari-hari pekerjaan saya mereparasi barang elektronik. Kadang mencari TV rongsokan untuk diutak atik. Atau radio bekas. Atau amplifier. Kalau sudah bagus bari dijual. 
Alhamdulillah, Allah memberi saya kemampuan itu. Sebab dengan kemampuan itulah saya menafkahi anak istri saya. Anak saya satu, masih lima tahun. Istri saya, Siti Slzubaidah sedang hamil enam bulan. Rupanya Allah ingin menitipkan lagi amanahnya kepada saya. 
Makanya saya harus bekerja lebih keras agar bisa menjaga amanah itu.Hari itu, selepas subuh saya berangkat dari rumah. Perempuan sederhana dan polos mengantar saya sampai ke depan pintu. Seperti biasa, dia melepas saya dengan mencium tangan. Mungkin juga dengan sebait doa semoga ada rezeki halal yang bisa kubawa pulang. 
Allah memang Maha Baik. Saya mendapatkan amplifier bekas untuk direparasi. Terbayang upah Rp 50 ribu atau seratus ribu. Lumayan buat beli beras dan lauk. Juga uang jajan bocah. Kamu tahu kan, anak lima tahun biasanya lagi doyan jajan. 
Sore itu, saya hendak pulang. Tapi adzan ashar memanggil. Saya ingin berterimakasih kepada Allah yang selalu memperhatikan keperluan hambaNya. Di sebuah musholla kecil saya mampir, sholat dan merapalkan doa. 
Sebelum masuk musholla saya menurunkan amplifier rongsok dari motor. Bukan karena saya tidak bertawakal kepada Allah, dengan membiarkan barang itu teronggok di atas motor. Tapi karena saya yakin, tawakal juga butuh ikhtiar. Makanya amplifier itu saya bawa ke dalam mushola. 
Justru itulah awal penderitaanku. Seseorang menuduhku mencuri amplifier milik mushola. Tanpa babibu mereka ramai-ramai meneriakkan : maling!Aku sontak kaget. Siapa yang bisa menjelaskan pada masa yang marah? Aku berlari menghindar tapi mereka memburuku seperti mengejar seekor babi. 
Aku berlari semakin cepat tapi massa juga bertambah banyak. Kakiku terjerembab. Dan kemudian mahluk-mahkuk beringas itu menimpakan aku dengan apa saja yang ada di genggamannya. Sebongkah batu ditimpakan ke wajahku. Tulang hidungku patah. 
Lalu ada balok melayang mengerkah tenggkorak kepalaku. saat itu yang bisa aku bisikkan hanya nama Allah, yang beberapa menit lalu baru kusebut dalam sholat asharku. 
Saat balok itu memecah tulang tenggkorakku, aku hanya membayangkan istriku yang sedang mengandung anak keduaku. Aku membayangkan wajah bocah kecil anakku yang tidak bisa menangis jika melihat bapaknya diperlakukan seperti tikus got. 
Tubuhku terkapar di selokan. Darah merembes membasahi tanah. Darah dari seorang lelaki yang sedang mencari nafkah untuk kekuarganya.Lalu seorang menyiramkan bensin ke tubuhku. Orang lainnya menjentikan api. Dan mereka menyaksikan tontotan sebuah tubuh yang menggelinjang karena dipanggang. 
Mereka mungkin puas melampiaskan kemarahannya padaku. Setelah itu mereka pulang dan menyaksikan wajahnya sendiri yang telah berubah menjadi iblis. Mungkin saja iblis sendiri ngeri melihat ada manusia lebih biadab dari dirinya. 
#### 
Tuhan, tahukah Engkau, semalam amplifier yang ada di rumahmu mau dicolong orang. Untung ketahuan. Dia meronta dan kabur. Kami mengejarkanya seperti memburu tikus got. 
Dia sih, mengaku bukan pencuri. Tapi buat apa kami dengar omongannya. Bagi kami, amplifier-Mu lebih berharga dari pengakuan siapapun. Apalagi pengakuan dari lelaki yang tidak kami kenal yang saat Ashar mampir ke Musholla. 
Musholla ini memang bisa disinggahi siapa saja. Ini adalah tempat bersujud manusia kepada-Mu. Tapi disini ada amplifier seharga 250 ribu, yang biasa kami gunakan untuk memanggil-manggil namaMu. Jika benda itu dicuri, lantas bagaimana kami akan memanggil-Mu? 
Engkau yang sudah biasa diseru dengan speaker berauara pekak, apakah akan maklum jika disebut dalam kesayhduan yang sunyi? Jikapun Engkau memaklumi, kaminya yang janggal. Mana mungkin nama besarMu tidak diagung-agungkan dengan teriakan lantang. 
Maka dari itu, Tuhan, kami akan mencurigai siapapun yang mendekati amplifier di musholla. Kami akan buru dia seperti hewan. 
Ya, Tuhan kami, kami tahu Engkau tidak mampu menjaga amplifier milik-Mu sendiri. Lantas kalau bukan kami yang menjaganya, siapa lagi? 
Tuhan kami, yang Maha Perkasa, ijinkan kami jadi algojomu demi menjaga amplifierMu. 
Ijinkan kami mencurigai orang yang kekuar dari mushola membawa amplifier. Akhirnya orang itu kami gebuki ramai-ramai. 
Seseorang dari kami menyiramnya dengan bensin. Lalu menjentikkan korek api ke tubuhnya. Dia kelojotan dan mati. Tapi api yang kami sulutkan ke tubuhnya, tidak sepanas api nerakamu, bukan? 
Mungkin begitulah nasibnya. Itu semua kami lakukan karena kami hanya hendak menjaga amplifuer milik-Mu. Ketika kami tahu ternyata dia bukan pencuri bagaimanakah kami bisa mengobati hati yang tiba-tiba terluka dalam penyesalan. Bagaimanakah kami bisa menghapus bayangan seorang lelaki yang tubuhnya menggelepar dilalap api. 
### 
Nama saya Alif, usia 5 tahun. Bapak saya mati dibakar orang sehabis sholat ashar. Dan masa depan saya juga ikut terbakar. Dan orang-orang masih bisa tertidur nyenyak setelah menyaksikan tubuh bapak saya menggelinjang dalam kobaran api dari layar ponselnya. 
### 
Nama kita entah siapa. Yang kita tahu betapa mengerikan hidup di tengah mahluk-mahluk buas ini. 



Istri Zoya, kini dia harus melanjutkan hidup dengan seorang anak dan bayi di dalam kandungannya sepeninggal Zoya. Sumber.

Comments

Popular posts from this blog