Skip to main content

PERJUANGAN, DAN HAL-HAL YANG TAK PERNAH BERUBAH

Dalam kesibukan hidup, seseorang harus tetap menyediakan ruang bagi kebaikan masyarakat di sekelilingnya. Tanpa hal itu, ia akan terjebak di dalam dirinya sendiri. Dan masyarakat di lingkup sosial akan menilainya sebagai seseorang yang egois dan oppurtunis. Demikianlah alam sosial itu bekerja.

Bermasyarakat atau bersosialisasi adalah obat bagi kejenuhan jiwa dan ladang amal. Sebagaimana menyendiri adalah penyembuhan bagi rasa kecewa atas kehidupan masyarakat yang tidak berkesesuaian dengan pakem-pakem keagamaan dan kemanusiaan. Artinya, saat sendiri, seseorang dapat lebih memiliki kesempatan untuk memfokuskan jiwanya pada Tuhannya. Jika hal ini tidak dipahami oleh seseorang, maka perselisihan antara akal dan budi (hati nurani) atau antar jiwa anak manusia dalam suatu lingkup sosial (masyarakat) akan sangat rentan terjadi. Kita lihat bagaimana yang terjadi pada kehidupan maya kita di berbagai sosial media yang cenderung buruk akhir-akhir ini.

Masyarakat sebagai sekumpulan pribadi dan keluarga, merupakan arena interaksi yang apapun dapat tumbuh diatasnya. Perjuangan adalah ruang sosial. Namun hal ini akan terjadi bila seseorang telah selesai dengan sebagian besar persoalan atas pribadinya. Artinya, setiap manusia memiliki fitrah dasar berupa ketidaktahuan, kecerobohan, terbatasnya usia dan sifat keakuan (ananiyyah/egoisme). Dan watak dasar tersebut hanya dapat ditanggulangi dengan pendidikan yang cukup. Pertama bagi dirinya sendiri, lalu mulai merambah kepada orang-orang yang ada disekelilingnya.

Bermasyarakat adalah tentang keadilan sosial. Seseorang yang berlaku baik terhadap lingkungannya, maka lingkungan masyarakatnya pun akan memberikannya hal yang serupa. Demikian pula sebaliknya. Laha kasabat wa 'alaiha maktasabat. Apa yang kau perbuat, itu yang akan engkau peroleh. Demikianlah hukum semesta itu bekerja.

Comments

Popular posts from this blog