Skip to main content

Suluk Tunggul Wulung: Kedigdayaan Roh.

Untuk apa engkau memperjalankan dirimu jika tanpa tujuan? Ibadah, apapun macamnya, bukan hanya klise bernilai fikih belaka. Namun, jika urusan fikih saja jiwamu menyerah, maka dirimu benar-benar tidaklah pantas menjadi bagian mereka yang mengaku tunduk kepadaNya. Tujuan suatu kebaktian, sekali lagi, adalah gerbang perjalanan menuju kesejatian.

Benar bahwa intisari dari puasa itu adalah 'menahan'. Terhadap apapun jua yang kau cenderungi namun terlarang di hadirat Allah SWT. Di bulan Ramadhan, pelarangan itu bukan hanya pada perkara yang haram saja, namun juga yang halal. Inilah letak tantangan pembukanya.

Pada fase berikutnya, bagaimana perkara yang makruh pun akan enggan dijamah. Dasarnya adalah iman. Motivasinya adalah ridha Allah SWT. Proses pengosongan diri dari karakter fana dunia (takhalli) ini kini beranjak ke maqamat tahalli. Mengamat-amati jiwa di kandung badan merupakan kegiatan di sepanjang masa-masa peralihan ini hingga mulai terbukanya (tajalli/kasyf) atas persaksian agung pada Dzat Tuhan Semesta Alam.

Setiap ibadah atau kebaktian kepada Allah SWT adalah pusat perhatian bagi jiwa-jiwa yang serius dalam pencariannya. Ukurannya bukannya lamanya waktu pengamatan, namun justru pada berbedanya keadaan demi keadaan ketika Allah SWT menempatkan hambaNya tersebut pada berbagai kondisi. Nah, di sana sang jiwa akan belajar. Dia akan tegak dengan segala keyakinannya yang penuh (iman) dan berjalan di antara umat manusia beserta makhluk-makhluk Allah SWT lainnya.

Comments

Popular posts from this blog