Skip to main content

Ramadhan Tanpa Bapak


Haflah sudah selesai. Nyadran juga sudah terlaksana. Semua tinggal menunggu Ramadhan tiba. Waktu terasa berhenti berpendar. 

Ramadhan ke dua, Bapak tidak berada di tengah-tengah kami. Meski beliau selama berpuluh tahun telah mempersiapkan semua untuk hari ini. Ketiadaan Bapak tetaplah menjadi sebuah kehilangan yang paling monumental. 

Betapa tidak? Sebelumnya, beliaulah yang terlihat paling siap jika akan menyambut datangnya bulan Ramadhan seperti ini. Mulai amaliyyah, dirosahmaaliyyah juga mujahadah. Ramadhan terasa hidup.

Saat-saat jelang Ramadhan begini, semua dimulai dari penyusunan jadwal imsakiyyah, kultum, kajian kitab, imam tarawih hingga daftar santunan mustahiq






Comments

Popular posts from this blog