Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2018

Suluk Tunggul Wulung: Kedigdayaan Roh.

Untuk apa engkau memperjalankan dirimu jika tanpa tujuan? Ibadah, apapun macamnya, bukan hanya klise bernilai fikih belaka. Namun, jika urusan fikih saja jiwamu menyerah, maka dirimu benar-benar tidaklah pantas menjadi bagian mereka yang mengaku tunduk kepadaNya. Tujuan suatu kebaktian, sekali lagi, adalah gerbang perjalanan menuju kesejatian. Benar bahwa intisari dari puasa itu adalah 'menahan'. Terhadap apapun jua yang kau cenderungi namun terlarang di hadirat Allah SWT. Di bulan Ramadhan, pelarangan itu bukan hanya pada perkara yang haram saja, namun juga yang halal. Inilah letak tantangan pembukanya. Pada fase berikutnya, bagaimana perkara yang makruh pun akan enggan dijamah. Dasarnya adalah iman. Motivasinya adalah ridha Allah SWT. Proses pengosongan diri dari karakter fana dunia ( takhalli ) ini kini beranjak ke maqamat tahalli . Mengamat-amati jiwa di kandung badan merupakan kegiatan di sepanjang masa-masa peralihan ini hingga mulai terbukanya ( tajalli / kasyf

PUASA RAMADHAN DALAM RINGKASAN

Dalam perspektif fikih, puasa merupakan amal ibadah yang unik. Jika dalam ibadah-ibadah lainnya Allah SWT mensyari'atkan untuk melakukan sesuatu sebagai suatu bentuk kesetiaan kepadaNya, maka sebaliknya dengan puasa. Dalam puasa Allah SWT justru memerintahkan kepada umat manusia yang menyembahnya untuk tidak melakukan sesuatu. Larang yang Allah SWT berlakukan di dalam bulan Ramadhan ini pokoknya adalah makan, minum dan bersenggama semenjak waktu fajar hingga datangnya maghrib. Sungguh merupkan jenis ibadah yang unik dan berdampak luas bukan saja secara mental spiritual ( ruhaniyyah ), namun juga berpengaruh terhadap konstelasi ekonomi suatu komunitas muslim. Keutamaan Ramadhan Rasululah SAW bersabda : "Sholat lima waktu, sholat jum'at ke jum'at berikutnya dan Ramadhan ke Ramadhan selanjutnya itu menghapus dosa –dosa di antara keduanya selama dosa–dosa besar di jauhi ". (HR Muslim). Sabda Rosululoh Shalallou'Alaihi Wasallam, "Pada malam pertama bu

PERJUANGAN, DAN HAL-HAL YANG TAK PERNAH BERUBAH

Dalam kesibukan hidup, seseorang harus tetap menyediakan ruang bagi kebaikan masyarakat di sekelilingnya. Tanpa hal itu, ia akan terjebak di dalam dirinya sendiri. Dan masyarakat di lingkup sosial akan menilainya sebagai seseorang yang egois dan oppurtunis. Demikianlah alam sosial itu bekerja. Bermasyarakat atau bersosialisasi adalah obat bagi kejenuhan jiwa dan ladang amal. Sebagaimana menyendiri adalah penyembuhan bagi rasa kecewa atas kehidupan masyarakat yang tidak berkesesuaian dengan pakem-pakem keagamaan dan kemanusiaan. Artinya, saat sendiri, seseorang dapat lebih memiliki kesempatan untuk memfokuskan jiwanya pada Tuhannya. Jika hal ini tidak dipahami oleh seseorang, maka perselisihan antara akal dan budi (hati nurani) atau antar jiwa anak manusia dalam suatu lingkup sosial (masyarakat) akan sangat rentan terjadi. Kita lihat bagaimana yang terjadi pada kehidupan maya kita di berbagai sosial media yang cenderung buruk akhir-akhir ini.