Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2013

Wahhabisme Mengancam Dunia Islam

" Hati-hati kerasukan faham wahabi..! " demikian pesan para Ulama. Wahabi( sme ) itu faham, bukan nama organisasi atau lembaga. Jadi jangan mimpi dirimu akan menemukan kantor kesektariatannya di dunia ini. Faham dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Nadjy ini apabila dinilai dalam sudut pandang ilmiah akan banyak ditemukan kejanggalan, dan bahkan penyimpangan. Dalam prakteknya, penyimpangan pemikiran yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdy terutama di dalam fan aqidah atau pemahaman tauhid. Gagasan terselubung yang dihembuskan oleh muasis wahhabisme ini adalah konsep purifikasi aqidah, atau pemurnian keyakinan. Berkedok slogan " Kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits " dan dengan dibantu secara politik oleh Kerajaan Inggris Raya, wahhabisme ini kemudian merebak di antero tanah jajahan Ratu Elizabeth. Termasuk didalamnya adalah tanah hijjaz yang sebelumnya dikuasai oleh Dinasti Ottoman. Dalam hal ini Kerajaan Inggris Raya memiliki dua kehen

Seminar Uang oleh BEMP EI STAIN Purwokerto

Diskursus tentang uang memang tiada habisnya. Maksud tiada habis di sini, bukan berarti tak berujung. Tapi justru lebih dikarenakan terus saling silih bergantinya orang-orang yang mempelajari eksistensinya di jagad ini. Sebagai praktisi pendidikan dan pemerhati Ekonomi Islam atau Al-Iqtishaad tentu hal ini bagi saya pribadi kemudian menjadi tantangan tersendiri. Hal ini terungkap dari diskusi panel yang diselenggarakan oleh BEMP EI STAIN Purwokerto belum lama ini di Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh. Istilah purba untuk uang pertama kali dikenalkan Allah SWT di dalam kitab suci Al-Qur'an dengan sebutan wariq , yaitu sebutan uang yang digunakan oleh para ashabul kahfi . Lebih lanjut Al-Qur'an menerangkan istilah-istilah seperti dinar untuk uang emas dan dirham untuk uang perak. Dalam hal ini nilai intrinsik dan nilai nominal uang disebut-sebut bersifat ekuivalen. Alhasil, uang dalam bentuk ini dipandang oleh Tuhan sendiri sebagai suatu yang ideal untuk sistem

Saresehan Budaya Banyumas

Masa muda selayaknya memang harus diisi dengan hal-hal yang berguna. Kegiatan positif, setidaknya di zaman ini, bukanlah suatu hal yang mudah. Lingkungan pemuda yang terkepung oleh hal-hal yang merusak sangat mudah temui hampir di setiap komunitas kaum muda. Mendem sak dalan-dalan , perzinaan, apatisme, krisis keteladanan para orang tua, provokasi media tentang konsep kebebasan ekspresi tak terbataskan bagi muda-mudi. Kehancuran bangsa sudah masuk pada fase pertama, disorientasi pemuda pada sangkan paran dumadi, dumadi sangkan paran  mereka. Dan idealnya, pengetasan moralitas pemuda ini harus segera digagas oleh para Ulama lalu bersambung kepada para Umara (pemerintah) dan aneka organisasi variannya. Gejala zaman di atas (setidaknya) yang berusaha, meski menurutku dengan separuh nafas, sedang diupayakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Banyumas. Wujudnya, salah satunya adalah penyelenggaraan saresehan budaya yang bertajuk " Membedah Seni Tradisional Ebeg Banyum