Khalid Basalamah diusir massa umat Islam Sidoarjo |
Penolakan terhadap
tokoh Islam yang
terjadi di berbagai daerah, ternyata, juga menjadi perhatian kiai-kiai pesantren Nahdlatul Ulama (NU).
Melalui Bahtsul
Masail Kubro XIX se-Jawa dan Madura di Ponpes Al-Falah Ploso
Mojo, Kabupaten Kediri, yang berlangsung dua hari, sampai Kamis (2/3) malam,
juga membahas hal tersebut. Bagaimana hukumnya
menolak kedatangan tokoh Islam di
suatu daerah?
Agus H Kanzul Fikri,
salah satu perumus dan panitia Bahtsul Masa’il Kubro XIX Se – Jawa dan Madura,
menyampaikan, bahwa bahasan itu penting, mengingatkan akhir-akhir ini terjadi
aksi penolakan terhadap sejumlah dai yang diduga bisa melakukan provokasi.
“Semua tindakan
harus berdasarkan hukum Allah
swt, benar atau tidak, halal atau haram? Tidak boleh dilakukan sembarangan,”
jelas Gus Fikri kepada duta.co, Ahad (05/03/2017).
Nah, hukum penolakan
ustadz itu, kemudian dimasukkan dalam kajian Komisi B yang dimoderatori Ust. M
Alamur Rahman dengan mushohih Agus H Djazuli M Ma’sum, KH A Asyhar
Shofyan, KH Sulaiman dan Kiai Suheri Badrus. Sebelum dibahas,
deskripsi masalahnya disampaikan secara tuntas. Diawali dengan kalimat,
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia sebagai
dasar untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai warga negara Indonesia,
kita harus dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Yakni dengan hidup
saling menghargai sesama warga negara tanpa memandang suku, bangsa, agama,
bahasa, adat istiadat, warna kulit dan sebagainya.
Masih dalam
deskripsi itu, dengan semangat nasionalisme yang kuat, banyak orang yang ingin
mempertahankan, kebhinneka tunggal ikaan dengan berbagai cara. Bahkan baru-baru
ini, ada sekelompok orang yang menolak kedatangan salah satu tokoh Islam,
mereka beralasan orang tersebut sebagai penebar fitnah, mengadu domba dan
memecah belah umat yang bisa mengakibatkan hancurnya Bhinneka Tunggal Ika.
Masalahnya adalah, bagaimana hukumnya
menolak kedatangan tokoh Islam tersebut?
Jawabnya:
Para pembahasan
menyimpulkan dan memutuskan TIDAK DIPERBOLEHKAN. Karena setiap warga negara
berhak untuk datang dan memasuki seluruh wilayah di negaranya. Tetapi, mengenai
tujuannya untuk tabligh, atau ceramah, yang kemudian disinyalir bisa
menimbulkan hal-hal yang provokatif, seperti tindak anarkis, menghina pemerintah,
memecah belah persatuan, dan lainnya, maka BOLEH atau BERHAK MENOLAK dan
MENGGAGALKAN CERAMAHNYA, tetapi tetap harus dikoordinasikan dengan yang
berwenang.
Referensi keputusan
ini adalah Tasyri’ Al Janaly juz 1 hal 335, Qurrotul ‘Ain bi Fatawi Ulama’I
Haromain juz 1 hal 275, Al Imamah Al ‘udhma juz 1 hal 7, Ilya’ Ulumuddin juz 2
hal 331 dan 327, Al Fatawi Al Kubro Libni Taimiyah juz 6 hal 392 dan Buroiqoh
Mahmudiyah juz 4 hal 270.
BERIKUT RINGKASAN HASIL BAHTSUL MASAIL
TENTANG HUKUM PENOLAKAN TOKOH PROVOKATIF, ADU DOMBA DAN MENGANCAM PERSATUAN
Lokasi Bahtsul
Masail Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri - Jawa Timur
Kamis, 2 Maret 2017.
Deskripsi Masalah:
Bhinneka Tunggal Ika
merupakan semboyan negara Indonesia sebagai dasar untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan bangsa. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Yakni dengan hidup saling menghargai antar sesama warga
negara tanpa memandang suku, bangsa, agama, bahasa, adat istiadat warna
kulit dan sebagainya.
Dengan semangat
nasionalisme yang kuat, banyak orang yang ingin mempertahankan kebhinneka tunggal
ikaan dengan berbagai cara. Bahkan baru-baru ini, ada sekelompok orang yang
menolak kedatangan salah satu tokoh Islam, yakni Habib Riziq Shihab
beserta rombongannya, untuk menghadiri tabligh akbar di suatu daerah.
Mereka beralasan Habib Riziq Shihab dianggap sebagai orang yang menebarkan
fitnah, mengadu domba dan memecah belah umat, yang bisa mengakibatkan
hancurnya kebhinnekaan Indonesia.
Pertanyaan/As’ilah:
Bagaimana hukumnya menolak kedatangan tokoh muslim di suatu daerah?
Bagaimana hukumnya menolak kedatangan tokoh muslim di suatu daerah?
Jawaban:
Tidak diperbolehkan.
Sebab setiap warga negara berhak untuk datang dan memasuki seluruh wilayah di
negaranya. Mengenai tujuan kedatangannya adalah tabligh atau ceramah,
yang kemudian disinyalir menimbulkan hal-hal yang provokatif seperti tindak anarkis,
menghina pemerintah, memecah belah persatuan dan lain-lain MAKA BOLEH/BERHAK
MENOLAK menggagalkan ceramahnya dan harus dikoordinasikan kepada pihak yang
berwenang.
REFERENSI DAN RUJUKAN:
1. http://www.muslimoderat.net/2017/03/kajian-santri-se-jawa-dan-madura.html
2. Tasyri’ Al Janaiy Juz 1,
hal 335 4. Ihya’ Ulumiddin Juz 2, hal 331
3. Qurrotul
‘Ain Bi Fatawi Ulama’l Haromain Juz 1 hal. 275
4. Al
Imamah Al ‘Udhma Juz 1 Hal. 7
5. Ihya’
Ulumiddin Juz 2, hal 327
6. Al
Fatawi Al Kubro Libni Taimiyah Juz 6, hal 392
7. Buraiqoh mahmudiyah
Juz 4 hal. 270
8.
. التشريع الجنائي في اإلسالم - )ج 1 / ص
335)
: إبعاد المجرمين: يخت
ثانيا لف حكم اإلبعاد بحسب ما إذا كان الشخص من أهل دار اإلسالم أو من أهل دار الحرب: إبعاد المسلمين ً
تعتبر وحدة واحدة، وتسمى دار اإلسالم. ويترتب على اعتبارها وحدة واحدة أنه ال
والذميين: رأينا فيما سبق أن بالد المسلمين جميعاً
م إسالمي آخر غير اإلقليم الذي يقيم فيه أصالً يجوز منع المسلم أو الذمي من دخول أي إقلي . واألصل في الشريعة اإلسالمية أنه ال يجوز
إبعاد المسلم أو الذمي عن دار اإلسالم، ألن نفي المسلم عن دار اإلسالم يعرضه للفتنة، ويؤدي به إلى الهلكة، ويحول بينه وبين إظهار
شعائر الدين، وألن نفي الذمي عن دار اإلسالم مناقض لعقد الذمة. ويترتب على اعتبار بالد المسلمين وحدة واحدة، وعلى
عدم جواز
ثانيا لف حكم اإلبعاد بحسب ما إذا كان الشخص من أهل دار اإلسالم أو من أهل دار الحرب: إبعاد المسلمين ً
تعتبر وحدة واحدة، وتسمى دار اإلسالم. ويترتب على اعتبارها وحدة واحدة أنه ال
والذميين: رأينا فيما سبق أن بالد المسلمين جميعاً
م إسالمي آخر غير اإلقليم الذي يقيم فيه أصالً يجوز منع المسلم أو الذمي من دخول أي إقلي . واألصل في الشريعة اإلسالمية أنه ال يجوز
إبعاد المسلم أو الذمي عن دار اإلسالم، ألن نفي المسلم عن دار اإلسالم يعرضه للفتنة، ويؤدي به إلى الهلكة، ويحول بينه وبين إظهار
شعائر الدين، وألن نفي الذمي عن دار اإلسالم مناقض لعقد الذمة. ويترتب على اعتبار بالد المسلمين وحدة واحدة، وعلى
عدم جواز
Comments
Post a Comment
Bijaklah dalam berkomentar di bawah ini.