Saya gemar berkelahi, itu faktanya. Orang-orang di lingkungan masa kecilku pasti mengamini kenyataan itu. Dahulu, dahulu sekali, selama menempuh pendidikan di sekolah dasar seolah ada kredo: tiada pekan tanpa bertikai. Semua mengalir saja tanpa terbersit sedikitpun untuk berbuat onar, mengganggu kedamaian ataupun sebuah konvensi sosial bahwa berkelahi itu tidak baik. Dahulu kami tinggal di suatu kompleks perumahaan perusahaan BUMN, warganya dari berbagai etnis dari Sumatera. Bisa jadi, lingkungan memberikan dampak psikologis yang mematik naluri baku hantam itu.
Bapak pernah bercerita, jika beliau pulang kerja dengan jalur memutar melalui perkebunan antara lahan penduduk dan milik PTP VI ke arah Pematang Sapat, dan ketika melihat anak-anak berkerumun dan ada yang bergemul di tengah-tengahnya. Maka dapat dipastikan, salah satunya pastilah diriku. Apes nian, jika sudah begitu, pasti akan mendapatkan kemarahan dari Bapak sampai sore hari. Namun demikian, pekan depan peristiwa sosial bocil itu niscaya terulang lagi, dan lagi.
Comments
Post a Comment
Bijaklah dalam berkomentar di bawah ini.