Panginyongan, berasal dari kata inyong. Artinya, saya. Tafsir dari diksi ini, bertebaran. Mulai teori induk filologis, maupun teori varian. Konsep ini masuk pada kajian distingsi lokalitas di kawasan eks-Karesidenan Banyumas, Tegal, Pekalongan dan juga, sebahagian eks-Karesidenan Kedu. Antropologis? Ya.
Konsep panginyongan tumbuh dari nilai lokalitas masyarakat Banyumasan. Dialektika terkait nilai yang bertumpu pada kearifan lokal ini diharapkan mampu memberikan penegasan tentang identitas, keilmuan dan kontribusi pada peradaban dunia.
Sikap cablaka dan blakasuta diyakini mampu diangkat sebagai model relasi sosial ke panggung dunia. Bukan justru menjadi obyek inferior di antara bangsa Jawa lainnya. Sebab, ada hasil riset, generasi muda panginyongan hari ini terkesan enggan menampilkan ciri khas endemiknya ketika berinteraksi dengan teman dari Jawa bandhek. Sikap terbuka dan apa adanya adalah karakteristik panginyongan itu sendiri.
Panginyongan merupan konsep lokalitas Banyumas raya yang diekstrak kearifan lokalnya bagi masyarakat dunia. Globalisasi, diyakini berdampak pada pertarungan identitas suatu bangsa. Panginyongan diangkat sebagai trademark yang dianggap mampu memberi dinamika bagi masyarakat dunia.
Hadiati menyebutkan dalam risetnya Redefining Cablaka on Banyumasan Way of
Speaking menyebutkan bahwa di antara perbedaan kultur Penginyongan dalam pada umumnya budaya Jawa terletak pada gaya bahasa serta cara bertutur orang Penginyongan itu sendiri. Semua watak yang muncul dalam diri sosok Penginyongan terwujud dalam cara berbicara serta gaya bahasa yang dipergunakan.
Karakteristik lain orang Penginyongan adalah cenderung bersikap apa adanya, terus terang, semestinya, tanpa ada basa-basi, serta blak-blakan. Sifat ini sering disebut sifat cablaka.
Comments
Post a Comment
Bijaklah dalam berkomentar di bawah ini.