Semua telah berubah, itu faktanya. Setiap kerinduan perantau tak memiliki kadar yang sama. Bahkan, tanah rantau banyak merubah watak dan gaya hidup banyak pemudik. Namun, tetap ada yang tak bisa berubah.
Terkadang muncul rasa, terasing di dusun sendiri. Ada yang karena dirantau terlalu larut dimanja oleh fasilitas modern. Ada yang karena kehilangan sosok kharismatik magnet kerinduan di kampung halaman. Ada yang merasa, kampung ini sekedar masa lalu yang tak lagi menjadi level setelah pencapaiannya di perantauan. Aih, tengik.
Di dusun, bersikap biasa sajalah. Orang-orang desamu tetap memandangmu anak-anak kampung yang baru saja kemarin berlarian bermain layangan. Anak-anak yang kemarin masih berangkat mengaji di langgar, sembari menyulut petasan. Mereka tak kenal bumi rantaumu. Pengetahuan itu, hanya memperkeruh alam pikir desa mereka yang sederhana.
Jangan ajak orang-orang desa bercengkrama pada jam kerja mereka. Seolah kau lupa bagaimana seharusnya ritme hidup di sana. Perbanyaklah mendengar dan menyimak, ketimbang gacor berbicara. Dan jika hasrat ceramahmu telah meronta, sebaiknya tidur sajalah. Kampungmu telah cukup bising dengan riuh rendah suasana lebaran.
Comments
Post a Comment
Bijaklah dalam berkomentar di bawah ini.