Purwokerto: Kota bagi Mereka yang Berkantong Tebal
Mungkin kesan yang ada di dalam hatiku ini tidaklah begitu utopis. Hari ini, bayangkan saja, setiap aku yang beroda dua hingga di pertokoan terkecil sekalipun, maka aku harus merelakan Rp. 1.000,-ku melayang ke kantong para juru parkir. Dan semua itu sama sekali tak terekam oleh lembar karcis parkir sama sekali. Artinya, dalam persepsiku, ini adalah tergolong pungli.
Tanpa ampun. Kota ini sedemikian mahal tampaknya, bagi siapapun. Meski efek domino dari 'penundaan' BBM belum diratifikasi, namun hal itu sangat langsung, dan terkesan prematur efeknya. Kota ini, benar-benar mahal, bagi siapapun.
Comments
Post a Comment
Bijaklah dalam berkomentar di bawah ini.