Skip to main content

Istilah-Istilah dalam Bahtsul Masail

Berikut adalah beberapa istilah yang sering digunakan dalam Bahtsul Masail (forum diskusi keagamaan dalam tradisi pesantren) beserta maknanya:

 1.        Dhabit (ضابط) – Batasan atau kriteria tertentu dalam sebuah permasalahan fiqih.

2.        Qoul (قول) – Pendapat dalam suatu masalah fiqih, biasanya merujuk pada pendapat ulama dalam mazhab tertentu.

3.        Mu’tamad (معتمد) – Pendapat yang dijadikan pegangan dalam mazhab tertentu.

4.        Masyhur (مشهور) – Pendapat yang dikenal luas dan banyak diikuti oleh ulama dalam satu mazhab.

5.        Rojih (راجح) – Pendapat yang lebih kuat dibanding pendapat lainnya dalam suatu masalah fiqih.

6.        Marjuh (مرجوح) – Pendapat yang lebih lemah dibanding pendapat lainnya dalam suatu masalah fiqih.

7.        Tashih (تصحيح) – Koreksi atau verifikasi terhadap suatu pendapat.

8.        Tarjih (ترجيح) – Proses menentukan pendapat yang lebih kuat dari beberapa pendapat yang ada.

9.        Ta’wil (تأويل) – Penafsiran suatu teks atau dalil agar sesuai dengan maksud tertentu.

10.    Ijma' (إجماع) – Kesepakatan para ulama dalam satu masa terhadap suatu hukum dalam Islam.

11.    Qiyas (قياس) – Analogi hukum berdasarkan kesamaan illat (sebab hukum).

12.    Istihsan (استحسان) – Metode hukum yang mempertimbangkan maslahat (kemaslahatan) walaupun berbeda dengan qiyas.

13.    Maslahat Mursalah (مصلحة مرسلة) – Kemanfaatan umum yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam dalil syar'i tetapi diakui oleh syariat.

14.    Urf (عرف) – Kebiasaan atau adat yang berlaku dalam masyarakat yang dapat menjadi dasar hukum Islam jika tidak bertentangan dengan syariat.

15.    Mafhum Mukhalafah (مفهوم مخالفة) – Pemahaman kebalikan dari suatu teks dalil.

16.    Mafhum Muwafaqah (مفهوم موافقة) – Pemahaman yang sejalan atau seiring dengan makna dalil.

17.    Mutlaq (مطلق) – Hukum yang bersifat umum tanpa ada batasan tertentu.

18.    Muqayyad (مقيد) – Hukum yang memiliki batasan atau syarat tertentu.

19.    Nash (نص) – Dalil yang jelas dan tegas dari Al-Qur’an atau Hadis.

20.    Zahir (ظاهر) – Makna lahiriah dari suatu teks yang masih bisa ditakwilkan.

21.    Takhrij (تخريج) – Proses menelusuri sumber hukum dan derivasi dari suatu pendapat fiqih.

22.    Tahqiq (تحقيق) – Pendalaman terhadap suatu hukum dengan mempertimbangkan dalil-dalil yang lebih sahih.

23.    Istinbath (استنباط) – Penggalian hukum dari dalil-dalil yang ada.

24.    Ijtihad (اجتهاد) – Upaya sungguh-sungguh ulama dalam menggali hukum syariat dari dalil-dalil Islam.

25.    Taqlid (تقليد) – Mengikuti pendapat ulama tanpa mengetahui dalilnya.

26.    Talfiq (تلفيق) – Menggabungkan pendapat dari beberapa mazhab dalam satu masalah.

 

27.    Mutawatir (متواتر) – Hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi di setiap tingkatannya sehingga mustahil mereka bersepakat untuk berdusta. 

28.    Ahad (أحاد) – Hadis yang jumlah perawinya tidak mencapai derajat mutawatir. 

29.    Hasan (حسن) – Hadis yang derajatnya lebih rendah dari sahih tetapi tetap dapat dijadikan hujjah. 

30.    Dha’if (ضعيف) – Hadis yang memiliki kelemahan dalam sanad atau matannya. 

31.    Mursal (مرسل) – Hadis yang perawinya tidak menyebutkan sahabat dalam sanadnya. 

32.    Munqathi' (منقطع) – Hadis yang sanadnya terputus. 

33.    Mawquf (موقوف) – Hadis yang hanya sampai kepada sahabat, tidak sampai kepada Nabi

34.    Maqthu' (مقطوع) – Hadis yang hanya sampai kepada tabi’in. 

35.    Makruh (مكروه) – Perbuatan yang jika ditinggalkan mendapatkan pahala tetapi jika dilakukan tidak berdosa. 

36.    Haram Li Ghairihi (حرام لغيره) – Perkara yang dilarang bukan karena zatnya, tetapi karena faktor eksternal. 

37.    Haram Li Dzatihi (حرام لذاته) – Perkara yang dilarang karena zatnya sendiri, seperti zina dan riba. 

38.    Mubah (مباح) – Perbuatan yang boleh dilakukan atau ditinggalkan tanpa ada konsekuensi pahala atau dosa. 

39.    Fardhu ‘Ain (فرض عين) – Kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap individu Muslim. 

40.    Fardhu Kifayah (فرض كفاية) – Kewajiban yang jika sudah dilakukan oleh sebagian orang, maka gugur dari yang lain. 

41.    Wajib (واجب) – Perintah yang harus dilakukan, mirip dengan fardhu tetapi lebih umum penggunaannya. 

42.    Sunnah Muakkadah (سنة مؤكدة) – Sunnah yang sangat dianjurkan dan hampir mendekati wajib, seperti salat tarawih dan azan. 

43.    Sunnah Ghairu Muakkadah (سنة غير مؤكدة) – Sunnah yang dianjurkan tetapi tidak terlalu ditekankan, seperti salat rawatib selain qabliyah dan ba’diyah Subuh. 

44.    Mafhum Shifat (مفهوم صفة) – Pemahaman yang berdasarkan pada sifat dalam suatu teks dalil. 

45.    Mafhum Ghayah (مفهوم غاية) – Pemahaman yang berdasarkan batas akhir suatu perintah atau larangan dalam dalil. 

46.    Al-‘Am (العام) – Dalil yang memiliki cakupan luas dan mencakup banyak hal tanpa batasan. 

47.    Al-Khas (الخاص) – Dalil yang cakupannya terbatas pada sesuatu yang spesifik. 

48.    Nasikh (ناسخ) – Hukum dalam syariat yang menggantikan hukum sebelumnya. 

49.    Mansukh (منسوخ) – Hukum yang telah dihapus atau digantikan oleh hukum lain. 

50.    Syubhat (شبهة) – Keadaan yang samar antara halal dan haram sehingga perlu kehati-hatian dalam bertindak. 

51.    Ushul Fiqh (أصول الفقه) – Ilmu yang membahas kaidah-kaidah dalam menggali hukum syariat dari dalil-dalilnya. 

 

Semoga daftar ini bermanfaat dalam memperdalam pemahaman dalam Bahtsul Masail dan kajian fiqih. Jika masih memerlukan tambahan, silakan tanyakan lagi. 😊

Comments