Skip to main content

Doa Zabur: Mantera untuk Pemagaran


Mengulas tradisi hikmah dari pesantren memang tiada habisnya. Pada sebahagian besar pondok pesantren salafiyyah, mempelajari ilmu hikmah biasanya merupakan tahapan akhir dari masa proses belajar dan khidmah. Ada kalanya pembelajaran diselipkan Kiai di antara kegiatan pengajian, ada juga terjadwal khusus di luar kurikulum madrasah diniyyah. 

Jika dipetakan, keilmuan hikmah di pondok pesantren dapat dikatagorikan ke dalam beberapa bidang fungsional atau ruang lingkup. Pertama, dimensi ketabiban. Kedua, dimensi bela diri ghaib. Ketiga, dimensi olah rezeki. Keempat, dimensi olah derajat. Dan kelima, dimensi olah mahabbah. Semua dimensi tersebut, lazimnya tetap dalam kemasan suluk khas tarekat, semacam aplikasi terapan amalan dalam aspek sosial untuk kemasyarakatan.

Pada kesempatan ini, kita akan mengulas tentang salah satu amalan dalam dimensi bela diri ghaib, yaitu doa Zabur. Amalan ini masuk dalam katagori angker di jajaran ilmu pemagaran, di atas Ilmu Pagerwojo dan sebagai olahan sebelum mentajrib amalan Hizb Nawawi sebagai puncak amalan pemagaran. Doa Zabur ini penulis dapatkan dari Sayyidi Syaikh Achmad Syaichuddin Blitar sewaktu berkesempatan menjalankan rangkaian suluk pada pertengahan tahun 2006. 

Doa yang berbahasa Arab ini berbunyi "Allahumma anta al-Awwalu falaisa qablaka syai'un. Wa anta al-akhiru falaisa ba'daka syai'un. Wa anta al-'Aliimu innaka 'ala kulli sya'in 'aalim. Wa anta al-Qaadiru innaka 'ala kulli syai'in qoodir. Walaa ya'uzhuhu.." hingga akhir, agak panjang memang.  



Comments

Post a Comment

Bijaklah dalam berkomentar di bawah ini.

Popular posts from this blog