Skip to main content

Halal & Thoyyib, Tapi Minus Berkah | Kajian Ekonomi Islam Milenial


Untuk memenuhi hidupnya, seorang muslim setidaknya harus melakukan suatu hal, yaitu pengorbanan atau bahasa lainnya, perjuangan. Dalam hal ini, baik berupa modal asset, tenaga, keterampilan, waktu dan kecerdasan. Penghasilan yang diperoleh tanpa semua itu, pasti akan dipandang dengan penuh kecurigaan. Dan untuk mengukur proses pemenuhan akan kebutuhan hidupnya dapat disesuaikan dengan ketentuan hukum positif, hukum agama, hukum adat dan norma kepatutan umum dimana muslim tersebut hidup. 

Hidup dari rezeki yang halal itu tidak mudah, benar. Dibutuhkan keilmuan yang cukup untuk memahami konsep halal itu sendiri. Juga konsep thoyyib dan keberkahan dalam rezeki. Memburu harta secara serampangan justru hanya akan menimbulkan kegelisahan dan ketidaknyamanannya di dalam hati dan kehidupan seseorang. 

Selain ilmu, kesadaran bahwa harta yang telah didapatkan secara halal itu terdapat hak orang lain pun perlu ditumbuhkan. Artinya, ada hak orang lain pada setiap rezeki yang kita dapatkan. Dan ketika hak tersebut tidak ditunaikan, maka semesta akan melakukan tugasnya untuk melakukan keseimbangan. Orang tersebut akan merasakan kehampaan yang membagongkan sebagaimana peringatan di atas. 


Comments

Popular posts from this blog